Modul 2 Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD
Modul 2
Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA SD
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Dalam Pembelajaran IPA
Pendidikan
IPA bertujuan agar siswa menguasai pengetahuan, fakta, konsep, prinsip, proses
penemuan, serta sikap ilmiah yang akan bermanfaat bagi siswa dalam mempelajari
diri dan alam sekitarnya. Dengan pemberian pengalaman langsung untuk mencari
tahu melalui kegiatan observasi atau eksperimen yang dibuktikan secara empiris.Pemahaman
dan penguasaan terhadap pendekatan pembelajaran
sangatlah penting bagi seorang guru, karena dengan kemampuan tersebut
dapat meningkatkan keberhasilan pembelajaran.
1.1. Pengertian Dan Prinsip Pemilihan Pendekatan
Pendekatan adalah cara umum dalam
memandang permasalahan atau objek kajian, sehingga berdampak ibarat seseorang memakai
kacamata dengan warna tertentu pada saat memandang alam sekitar. Pendekatan
bersifat aksiomatis yang menyatakan pendirian, filosofi, dan keyakinan yang
berkaitan dengan serangkaian asumsi.
Peranan pendekatan adalah
menyesuaikan komponen input, output, produk, dan outcomes pendidikan dengan
bahan kajian yang akan disajikan, sehingga pembelajaran lebih menarik,
menyenangkan, menumbuhkan rasa ingin tahu, memberikan penghargaan, serta
bermakna bagi hidup baik untuk sekarang maupun yang akan datang.
Tujuan pendekatan adalah menggiring
persepsi dan atau proses pengkajian dengan suatu terminologi sehingga diperoleh
pembentukan perilaku yang diharapkan. Prinsip pemilihan pendekatan dengan
mempertimbangkan faktor-faktor yang terkait antara lain adalah tujuan
pendidikan dan pembelajaran, kurikulum, kemapuan siswa, psikologi belajar, dan
sumber daya.
1.2. Jenis Pendekatan
1.2.1. Pendekatan Lingkungan
Pendekatan
lingkungan merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang berusaha untuk
meningkatkan keterlibatan siswa melalui pendayagunaan lingkungan sebagai sumber
belajar. Pendekatan ini berasumsi bahwa kegiatan pembelajaran akaan menarik
siswa, jika apa yang dipelajari diangkat dari lingkungan, sehingga apa yang
dipelajari berhubungan dengan kehidupan dan berfaedah bagi lingkungan. Sehingga
dapat dikatakan lingkungan yang ada di sekitar merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat dioptimalkan untuk pencapaian proses dan hasil pendidikan
yang berkualitas. Lingkungan dapat memperkaya bahan dan kegiatan belajar.
Lingkungan
merupakan salah satu sumber belajar yang amat penting dan memiliki nilai-nilai
yang sangat berharga dalam rangka proses pembelajaran siswa. Penggunaaan
lingkungan memungkinkan terjadinya proses belajar yang lebih bermakna sebab
anak dihadapkan pada kondisi yang sebenarnya sehingga dapat memecahkan masalah
lingkungan, dan menanamkan sikap cinta lingkungan.
1.2.2. Pendekatan
Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
Pendekatan sains teknologi masyarakat merupakan
pendekatan pembelajaran yang pada dasarnya membahas penerapan sains dan
teknologi dalam konteks kehidupan manusia sehari-hari. Dengan pendekatan ini
siswa dikondisikan diharapkan mampu menerapkan prinsip-prinsip sains
untuk menghasilkan karya teknologi sederhana atau solusi pemikiran untuk
mengatur dampak negatif yang mungkin timbul akibat munculnya produk teknologi.
Dengan demikian dapat menggunakan pendekatan sains teknologi
masyarakat untuk menanamkan pemahaman konsep dan pengembangannya untuk
kemaslahatan masyarakat.
Kegiatan
pembelajaran dimaksudkan agar tercipta kondisi yang memungkinkan terjadinya
belajar pada diri siswa. Dalam suatu kegiatan pembelajaran dapat dikatakan
terjadi belaajr, apabila terjadi prsoes perubahan perilaku pada diri siswa
sebagai hasil dari suatu pengalaman.
1.2.3. Pendekatan
Faktual
Pendekatan faktual adalah suatu cara
mengajar dengan menyampaikan hasil-hasil penemuan IPA kepada siswa, dimana pada
akhir suatu intruksional siswa akan memperoleh informasi tentang hal-hal
penting.Terkadang menarik bagi siswa, namun kurang merefleksikan gambaran
tentang sifat IPA sendiri. Biasanya, siswa tidak dapat mengingat tentang fakta
dalam waktu lama karena tidak mendapatkan sajian tentang gambaran menyeluruh.
1.2.4. Pendekatan
Konseptual
Pendekatan konsep adalah suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh. Konsep merupakan
buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam defenisi
sehingga menjadi pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori.
Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan
berpikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta
atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah menjelaskan dan
meramalkan.
Konsep
dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga
menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang
lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam
satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh :
Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan
mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya
mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat
menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini
memunculkan pengalaman baru. Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu
diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
·
Memperkenalkan benda-benda yang
semula tak bernama menjadi bernama.
·
Memperkenalkan unsur benda, sehingga
memberi kemungkinan unsur lain. Contoh : Bunga-berbau (harum/tak harum),
Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
·
Menunjukkan ciri-ciri khusus pada
benda yang diperlihatkan.
·
Menunjukkan persetujuan dengan
membandingkan contoh dan bukan contoh..
1.2.5. Pendekatan Pemecahan
Masalah
Pendekatan pemecahan
masalah adalah pendekatan tang digunakan dalam mempelajari suatu ilmu
pengetahuan dengan maksud mengubah keadaan yang actual menjadi suatu keadaan,
seperti yang kita kehendaki dengan memperhatika prosedur pemecaha yang sistematis.
Alasan
menggunakan pendekatan ini, yaitu: 1. Pendekatan ini terpusat pada masalah.2.
Pendekatan ini singkat.3. Pendekatan ini inovatif.4. Pendekatan ini bersifat
mengarahkan.5. Pendekatan ini lebih sistematis.6. Pendekatan ini terpusat pada
pribadi.7. Pendekatan ini memiliki ukuran.
1.2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan
nilai adalah cara mengerjakan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai,
misalkan terkait moral/etika, yang bersifat universal, nilai yang terkait
dengan kepercayaan/ agama, atau nilai yang terkait dengan politik, sosial,
budaya suatu negara/ daerah. Pendekatan ini menekankan pada penyampaian produk
IPA serta prilaku yang diharapkan yang terkait produk dan prose tsb, namun
tidak secara langsung tentang proses bagaimana produk tsb dihasilkan.
1.2.7. Pendekatan
Inkuiri
Adalah suatu strategi pembelajaran dimana guru dan
murid mempelajari peristiwa-peristiwa ilmiah dengan pendekatan yang dipakai
oleh ilmuwan. Arti inkuiri adalah proses penemuan dan penyelidikan
masalah-masalah, menyusun hipotesa, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data,
dan menarik kesimpulan tentang hasil pemecahan masalah. Sehingga anak untuk
melakukan eksperimen sendiri. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mencari
sendiri jawaban atas pertanyaan yang mereka ajukan.
Adapun tujuan pendekatan inkuiri yaitu:
·
Meningkatkan
keterlibatan peserta didik dalam menemukan dan memproses bahan pelajarannya.
·
Mengurangi
ketergantungan peserta didik pada guru untuk mendapatkan pengalaman belajarnya.
·
Melatih
peserta didik menggali dan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yang
tiada habisnya.
·
Memberi
pengalaman belajar seumur hidup
Alasan
penggunaan pendekatan inkuiri, yaitu:
1)Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2)Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar.
3)Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4)Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
1)Perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan yang pesat.
2)Belajar tidak hanya dapat diperoleh dari sekolah tetapi juga lingkungan sekitar.
3)Melatih peserta didik untuk memiliki kesadaran sendiri kebutuhan belajarnya.
4)Penanaman kebiasaan untuk belajar berlangsung seumur hidup.
Secara
operasional pendekatan inkuiri mempunyai karakteristik:
a.
Diawali
dengan pengamatan dan berkembang untuk memahami konsep atau fenomena.
b.
Membuat
pertanyaan atau menentukan masalah dari hasil pengamatan.
c.
S
uatu masalah ditemukan lalu dipersempit hingga terlihat kemungkinan masalah itu
dapat dipecahkan oleh murid.
d.
Proses
pembelajaran berpusat pada pertanyaan-pertanyaan”mengapa”, ”bagaimana kita
mengetahui”, dan ”betulkah kesimpulan ini”?
e.
Jawaban-jawaban
yang dicari tidak diketahui lebih dulu dan tidak ada dalam buku pelajaran. Buku-buku
petunjuk yang dipilih berisi pertanyaan-pertanyaan dan saran. Saran untuk
menentukan jawaban bukan memberi jawaban.
f.
Murid-murid
bersemangat sekali untuk menemukan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka
sendiri.
g.
Murid-murid
mengusulkan cara-cara pengumpulan data, melakukan eksperimen, melakukan
pengamatan, membaca, dan menggunakan sumber-sumber lain.
h.
Semua
usul dinilai bersama, bila mungkin ditentukan asumsi-asumsi, keterlibatan, dan
kesulitan-kesulitan.
i.
Murid-murid
melakukan penelitian secara individu atau kelompok, untuk mengumpulkan data
yang diperlukan untuk menguji hipotesa.
j.
Murid
mengolah data, membuat kesimpulan, memberikan penjelasan.
k.
Mengembangkan
dan menggunakan keterampilan berpikir kritis.
1.2.8. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses pada
hakikatnya adalah suatu pengelolaan kegiatan belajar-mengajar yang berfokus
pada pelibatan siswa secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil
belajar (Semiawan, 2002). Pendekatan keterampilan proses ini dipandang sebagai
pendekatan yang oleh banyak pakar paling sesuai dengan pelaksanaan pembelajaran
di sekolah dalam rangka menghadapi pertumbuhan dan perkembangan IPTEK.
Pendekatan
keterampilan proses akan efektif jika sesuai dengan kesiapan intelektual. Oleh
karena itu, pendekatan keterampilan proses harus tersusun menurut urutan yang
logis sesuai dengan tingkat kemampuan dan pengalaman siswa. Misalnya sebelum
melaksanakan penelitian, siswa terlebih dahulu harus mengobservasi atau mengamati
dan membuat hipotesis. Agar siswa dapat menciptakan kembali konsep-konsep yang
ada dalam pikiran dan mampu mengorganisasikannya. Dengan demikian, keberhasilan
anak dalam belajar sains menggunakan pendekatan keterampilan proses adalah
suatu perubahan tingkah laku dari seorang anak yang belum paham terhadap
permasalahan sains yang sedang dipelajari sehingga menjadi paham dan mengerti
permasalahannya.
Menurut (Semiawan, 2002), terdapat sepuluh keterampilan proses yaitu :
·
Kemampuan mengamati, merupakan salah satu keterampilan dengan memanfaatkan seluruh panca indera yang mungkin
biasa digunakan untuk memperhatikan hal yang diamati, memilah-milah bagiannya
berdasarkan kriteria tertentu, juga berdasarkan tujuan pengamatan, serta
mengolah hasil pengamatan dan menuliskan hasilnya.
·
Kemampuan menghitung,.
·
Kemampuan
mengukur.
·
Kemampuan mengklasifikasi merupakan
kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan sesuatu yang berupa benda, fakta,
informasi, dan gagasan.
·
Kemampuan menemukan hubungan. Yang termasuk
dalam kemampuan ini adalah: fakta, informasi, gagasan, pendapat, ruang, dan
waktu. Kesemuanya merupakan variabel untuk menentukan hubungan antara sikap dan
tindakan yang sesuai.
·
Kemampuan
Membuat Prediksi (Ramalan). Kemampuan membuat ramalan atau perkiraan
yang di dasari penalaran baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan. Dalam teori penelitian, kemampuan membuat
ramalan ini disebut juga kemampuan menyusun hipotesis. Hipotesis adalah suatu
perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu..
·
Kemampuan
Melaksanakan Penelitian (Percobaan). penelitian (percobaan) merupakan
kegiatan penyelidikan untuk menguji gagasan-gagasan melalui kegiatan eksperimen
praktis.
·
Kemampuan Mengumpulkan dan
Menganalisis Data. siswa
perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data dalam penelitian baik
kuantitatif maupun kualitatif.
·
Kemampuan menginterpretasikan data. siswa perlu menginterpretasikan
hasil yang diperoleh
karena kemampuan mengkomunikasikan hasil.
1.2.9. pendekatan Sejarah
Adalah
cara mengajarkan IPA dengan menyajikan berbagai penemuan yang dihasilkan oleh
para ilmuwan/ahli IPA tentang perkembangan temuan-temuan tsb dikaikan dengan
ilmu IPA sendiri. Dengan menggunakan metode membaca buku atau menjelaskan.
Kegiatan Belajar 2
Penerapan Pendekatan dalam Pembelajaran
IPA
2.1. Pendekatan Lingkungan
Pemanfaatan
lingkungan dalam pengajaran mempunyai keuntungan praktis dan ekonomis.
Keuntungan praktis karena mudah diperoleh, sedangkan keuntungan ekonomis karena
murah dan dapat dijangkau oleh seluruh siswa. Dengan memanfaatkan lingkungan
sekaligus juga memanfaatkan kepedulian siswa untuk mencintai lingkungan
belajarnya. Hal ini akan lebih terasa bermakna, bermanfaat dan langsung dapat
dirasakan oleh siswa.
Ada
beberapa cara teknik atau cara mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
sekitar, yaitu: Survey, Camping / berkemah, Field Trip / karya wisata. Pendekatan
lingkungan adalah pendekatan yang berorientasi pada alam bebas dan nyata,S.
Misalnya; Praktik Lapangan, Mengundang nara sumber, Proyek Pelayanan, dan Pengabdian
kepada masyarakat.
Kelebihan mengajar dengan pendekatan lingkungan alam
sekitar, yaitu :
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
a. Lebih menarik dan tidak membosankan
b. Hakikat belajar akan lebih bermakna
c. Bahan-bahan yang dapat dipelajari lebih kaya serta lebih faktual sehingga kebenarannya lebih akurat
d. Kegiatan belajar siswa lebih komprehensif dan lebih aktif
e. Sumber belajar menjadi lebih kaya
f. Siswa dapat memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya.
Kekurangan mengajar dengan pendekatan lingkungan
alam sekitar, yaitu :
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang
a. Volume dan kekuatan suara harus lebih besar, agar dapat ditangkap oleh audiens.
b. Guru/dosen harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk memusatkan perhatian audiens.
c. Model pembelajaran harus dibuat menarik, variatif
d. Sangat tergantung cuaca
e. konsentrasi audiens kurang
2.2. Pendekatan
Sain-Lingkungan-Teknologi-Masyarakat
beberapa penerapan dalam kegiatan
pembelajaran:
a. Percepatan perubahan ilmu pengetahuan
dan teknologi
Percepatan perubahan ilmu
pengetahuan dan teknologi ini tidak memungkinkan bagi guru bertindak sebagai
satu-satunya orang yang menyalurkan semua fakta dan teori.
b. Pengalaman intelektual, emosional dan
fisik
Pengalaman ini dibutuhkan agar
didapatkan hasil belajar yang optimal. Ini berarti kegiatan pembelajaran yang
mampu memberi kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui
sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat
dibutuhkan.
c. Penanaman sikap dan nilai sebagai
pengabdi
Hal ini menuntut adanya pengenalan
terhadap tata cara memproses dan memperoleh kebenaran ilmu yang bersifat
kesementaraan. Hal ini akan mengarahkan siswa pada kesadaran keterbatasan
manusiawi dan keunggulan manusiawi, apabila dibandingkan dengan keterbatasan
dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi (Dimyati dan Mudjiono, 2006 : 135
– 138).
Menurut Anwariyah dalam Munawarah
(2002 : 5) ada empat macam penerapan Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam
pembelajaran yaitu:
1.
Menyadari hubungan yang kompleks
antara ilmu, teknologi dan masyarakat
2.
Mengerti dan mampu mengadaptasikan
diri dengan berbagai perubahan besar sebagai akibat perkembangan IPTEK serta
dampak-dampak bagi individu dan masyarakat.
3.
Mampu membuat keputusan yang tepat
mengenai penggunaan teknologi dala masyarakat khususnya yang melibatkan
unsur-unsur sosial, seperti lingkungan, energi, kependudukan, bio genetika,
teknologi, maknan, transportasi dan lain-lain.
4.
Secara realistik dapat
memproyeksikan alternatif masa depan beserta konsekwensi positif dan
negatifnya.
Menurut
Wahyudi, dkk dalam Munawarah (2004 : 7) ada beberapa keunggulan yang dapat
diperoleh dari pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) yaitu:
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
a. Keunggulan pendekatan STM jika ditinjau dari segi tujuan
- Meningkatkan keterampilan inquiry dan pemecahan, di samping keterampilan proses.
- Menekankan cara belajar yang baik yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
- Menekankan sains dalam keterpaduan dan antara bidang studi.
b. Keunggulan
pendekatan STM jika ditinjau dari segi pembelajaran
- Menekankan keberhasilan siswa
- Menggunakan berbagai strategi
- Menyadarkan guru bahwa kadang-kadang dirinya tidak selalu berfungsi sebagai sumber informasi.
c. Keunggulan
pendekatan STM ditinjau dari segi evaluasi
- Ada hubungan antara tujuan, proses dan hasil belajar
- Perbedaan antara kecakapan, kematangan serta latar belakang siswa juga diperhatikan.
- Kualitas efisiensi dan keefektifan serta fungsi program juga dievaluasi.
- Guru juga termasuk yang dievaluasi usahanya yang terus menerus dalam membantu siswa.
Ada bebrapa tahapan yang dapat
dilakukan oleh guru dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Sains
Teknologi Masyarakat (STM), yaitu:
- Tahap apersepsi (inisiasi, invitasi dan eksplorasi) yang mengemukakan isu atau masalah aktual yang ada di masyarakat dan dapat diamati oleh siswa.
- Dalam pembentukan konsep yang siswa membangun atau mengkonstruksikan pengetahuan sendiri melalui observasi, eksperimen, dan diskusi.
- Tahap aplikasi konsep atau menyelesaikan masalah yang menganalisis masalah atau isu yang telah dikemukakan di awal pembelajaran berdasarkan konsep yang telah dipahami sebelumnya.
- Tahap pemantapan konsep, di mana guru memberi pemantapan konsep agar tidak terjadi kesalahan konsep pada siswa.
- Tahap evaluasi penggunaan tes untuk mengetahui penguasaan konsep siswa terhadap materi yang dikaji (www.dunia guru com.)
Aisyah (2007), mengemukakan empat
hambatan pembelajaran dengan pendekatan STM, yaitu waktu, biaya, kompetensi
guru, dan komunikasi dengan stakeholder (orang tua, masyarakat, dan birokrat).
hambatan lain dalam penerapan pendekatan ini adalah siswa belum terbiasa untuk
berpikir kritis dan belajar mengambil pengalaman di lapangan, sehingga
dibutuhkan kesabaran dan ketekunan guru untuk mengarahkan dan membimbing siswa
dalam pembelajaran
2.3. Pendekatan Faktual
Pembelajaran
dilakukan dengan menyodorkan fakta-fakta hasil penemuan IPA dengan harapan
siswa dapat memperoleh informasi tersebut. Metodenya antara lain adalah dengan membaca, menyampaikan pendapat ahli
dari buku, demonstrasi, latihan ( drill), dan memberikan test.
2.4. Pendekatan
Konseptual
Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep
melalui 3 tahap yaitu :
a.
Tahap Enaktif, yaitu melalui Pengenalan
benda konkret. menghubungkan dengan pengalaman lama atau pengalaman baru, dan pengamatan,
penafsiran tentang benda baru.contohnya
·
Pengajar memperlihatkan
barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk menutup badan dan
perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang
pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
·
Pengajar bertanya agar mendapat
respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah mengenakan barang
seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang
seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil
diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta
dikaki, di tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “.
b.
Tahap Simbolik yaitu dengan
memperkenalkan ; Simbol, lambang, kode, membandingkan
antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan
ciri-cirinya. Seta memberi nama, istilah, serta definisi. dimana pengajar
memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b.
Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut, dan
Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau
barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai
pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.
c.
Tahap Ikonik merupakan tahap
penguasaan konsep secara abstrak, seperti ; Menyebut nama, istilah, definisi,
apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
2.5. Pendekatan Pemecahan
Masalah
Secara garis besar strategi
pemecahan masalah mengacu kepada model empat-tahap pemecahan masalah yang
diusulkan oleh George Polya sebagai berikut.
1. Memahami masalah
2. Membuat rencana untuk menyelesaikan masalah
3. Melaksanakan rencana yang dibuat pada langkah kedua
4. Memeriksa ulang jawaban yang diperoleh[
Selain itu, John Dewey
juga mengemukakan tentang strategi pemecahan masalah dan gambaran pemecahan
masalah, yaitu:
1.
merumuskan masalah dengan jelas
2.
menelaah permasalahan
3.
merumuskan permasalahan secara jelas
4.
memnghipun, mengelompokan data
sebagai bahan pembuktian hipotesis
5.
pembuktian hipotesis
6.
menentukan pilihan
pemecahan/keputusan
Langkah-langkah pemecahan masalah
secara kelompok yang di kemukakan oleh David Johnson dan Frank
Johnson adalah sebagai berikut :
1.
definisi Masalah
2.
Diagnosis Masalah
3.
Merumuskan Alternatif Strategi
4.
Penentuan dan Penerapan susatu Strategi
5.
Evaluasi Keberhasilan Strategi
Ciri-ciri pendekatan pemecahan
masalah yaitu :
·
diawali dengan masalah yang rutin
dengan memilih masalah yang berkaitan dengan situasi nyata dalam kehidupan
·
mempunyai penyelesaian yang berbeda
·
mengembangkan sifat ilmiah seperti
jujur, teliti, terbuka, propesional dan kerja keras mengaplikasikan pemahaman
pengetahuan dalam kehidupan
2.6. Pendekatan Nilai
Pendekatan
nilai adalah cara mengajarkan IPA dengan menggunakan pandangan suatu nilai dan
pada akhirnya siswa diharapkan dapat memahami dan menerapkan nlai tsb dalam
keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan kesepurnaan kehidupa, lingkungan,
dan alam semesta.
2.7. Pendekatan Inkuiri.
Berikut
merupakan penjelasan dari siklus pembelajaran pendekatan inkuiri:
a. Mengamati adalah Kegiatan
mengamati objek-objek dan fenomena alam sekitar melalui pancaindera:
penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman, dan perasa atau pengecap.
Informasi yang diperoleh dapat menuntun keinginan tahu, mempertanyakan,
memikirkan, melakukan intepretasi tentang lingkungan, dan meneliti lebih
lanjut.
b. Bertanya. Kegiatan dimana siswa
mempunyai rasa keingintahuan yang mendalam yang diwujudkan dalam bentuk
pertanyaan-pertanyaan tentang materi yang dipelajari.
c. Hipotesis adalah Kegiatan siswa
memberikan jawaban sementara atas pertanyaan yang telah dibuat.
d. Mengumpulkan data adalah Kegiatan
mencari informasi berupa data dari bahan atau materi yang diteliti atau
dipelajari. Mengumpulkan data bisa melalui kegiatan observasi, misalnya membaca
buku untuk memperoleh informasi pendukung.
e. Menganalisis data adalah kegiatan
Mengolah data dan menyajikan data tertentu untuk memperoleh suatu kesimpulan.
Analisis data pada penyajiannya dapat berupa tulisan, gambar, laporan, tabel,
dan karya lainnya.
f. Menarik kesimpulan adalah Peringkasan
atau hasil akhir dari proses analisis data.
2.8. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses
adalah suatu cara untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan yang menjadi
roda penggerak penemuan dan pengembangan fakta dan konsep serta penumbuhan
sikap dan nilai. (Conny Semiawan, 2002: 16). Pengajaran dengan pendekatan
keterampilan proses dilaksanakan dengan
beberapa langkah, sebagai berikut:
1. Observasi.
Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan
pengamatan yang terarah tentang gejala atau fenomena sehingga mampu membedakan
yang sesuai dan yang tidak sesuai dengan pokok permasalahan.Pengamatan di sini
diartikan sebagai penggunaan indera secara optimal dalam rangka memperoleh
informasi yang lengkap atau memadai.
2.
Mengklasifikasikan.
Kegiatan ini bertujuan untuk menggolongkan sesuatu berdasarkan syarat-syarat tertentu.
3. Menginterpretasikan
atau menafsirkan data. Dimana yang dikumpulkan melalui observasi,
perhitungan, pengukuran, eksperimen, atau penelitian sederhana
dapat dicatat atau disajikan dalam berbagai bentuk, seperti tabel, grafik, diagram.
4. Meramalkan
(memprediksi). Dimana hasil interpretasi dari suatu pengamatan digunakan
untuk meramalkan atau memperkirakan kejadian yang belum diamati atau kejadian
yang akan datang. Ramalan berbeda dari terkaan, ramalan didasarkan pada
hubungan logis dari hasil pengamatan yang telah diketahui sedangkan terkaan
didasarkan pada hasil pengamatan.
5. Membuat
hipotesis adalah suatu
perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan
tertentu.Penyusunan hipotesis adalah salah satu kunci pembuka tabir penemuan
berbagai hal baru.
6.
Mengendalikan variabel. Variabel adalah faktor yang berpengaruh.Pengendalian
variabel adalah suatu aktifitas yang dipandang sulit, namun sebenarnya tidak
sesulit yang kita bayangkan. Hal ini tergantung dari bagaimana guru
menggunakan kesempatan yang tersedia untuk melatih anak mengontrol dan
memperlakukan variabel.
7.
Merencanakan penelitian / eksperimen. Eksperimen adalah melakukan kegiatan percobaan untuk
membuktikan apakah hipotesis yang diajukan sesuai atau tidak.
8. Menyusun
kesimpulan sementara bertujuan menyimpulkan hasil percobaan yang telah dilakukan berdasarkan pola hubungan antara hasil pengamatan yang
satu dengan yang lainnya.
9. Menerapkan
(mengaplikasikan) konsep adalah
menggunakan konsep yang telah dipelajari dalam situasi baru atau dalam
menyelesaikan suatu masalah,misalnya sesuatu masalah yang dibicarakan dalam
mata pelajaran yang lain.
10. Mengkomunikasikan bertujuan untuk mengkomunikasikan proses dari hasil perolehan kepada berbagai pihak yang berkepentingan, baik dalambentuk
kata-kata, grafik, bagan maupun tabel secara lisan maupun tertulis.
Praktik
pengajaran dengan PKP menuntut perencanaan yang sungguh-sungguh dan
berkeahlian, kreatif dalam pelaksanaan pengajaran, cakap mendayagunakan aneka
media serta sumber belajar. Jadi guru bersama siswa semakin dituntut bekerja
keras agar praktik PKP berhasil efektif dan efisien.
Ilmu
pengetahuan alam memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah di alam sekitar
melalui proses dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA seperti yang tertuang dalam
kurikulum 2006, yaitu pembelajaran yang berorientasi pada hakikat IPA yang
meliputi produk, proses, dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses.
Berdasarkan
uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA lebih menekankan pada pendekatan keterampilan
proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan
sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas
maupun produk pendidikan.
Sementara itu
Darmodjo dan Kaligis, (2002: 52) merinci keterampilan-keterampilan proses dalam
pendidikan IPA itu meliputi :
1.
Keterampilan
mengobservasi ( membedakan, menghitung dan mengukur.
2.
Keterampilan
mengklasifikasi, yang meliputi menggolong-golongkan atas dasar aspek-aspek
tertentu, serta kombinasi antara menggolongkan dengan mengurutkan.
3.
Keterampilan
menginterpretasi, termasuk menginterpretasi data, grafik, maupun mencari pola
hubungan yang terdapat dalam pengolahan data.
4.
Keterampilan
memprediksi, termasuk membuat ramalan atas kecenderungan dalam pengolahan data.
5.
Keterampilan membuat hipotesis, meliputi kemampuan berpikir deduktif dengan
menggunakan konsep-konsep, teori-teori maupun hukum-hukum IPA yang telah
dikenal.
6.
Keterampilan
mengendalikan variabel, yaitu upaya mengisolasi variabel yang tidak diteliti
sehingga adanya perbedaan pada hasil eksperimen adalah dari variabel yang
diteliti.
7.
Keterampilan
merencanakan dan melakukan penelitian, eksperimen yang meliputi penetapan
masalah, membuat hipotesis, menguji hipotesis.
8.
Keterampilan
menyimpulkan atau inferensi, yaitu kemampuan menarik kesimpulan dari pengolahan
data.
9.
Keterampilan
menerapkan atau aplikasi, atau menggunakan konsep atau hasil penelitian ke
dalam perikehidupan dalam masyarakat.
10. Keterampilan
mengkomunikasikan, yaitu kemampuan siswa untuk dapat mengkomunikasikan
pengetahuannya, hasil pengamatan, maupun penelitiannya kepada orang lain baik
secara lisan maupun secara tertulis.
Surapranata
(2004) mengemukakan berbagai bentuk penilaian yang dapat digunakan, khususnya
dalam penilaian berbentuk kelas, yakni:
Tes tertulis, Tes perbuatan, Pemberian tugas, Penilaian proyek, Penilaian
sikap, da Penilaian Portofolio.
Adapun keunggulan pendekatan keterampilan proses adalah :
·
Siswa terlibat langsung dengan objek nyata sehingga mempermudah pemahaman
siswa terhadap materi pelajaran
·
siswa menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari
·
melatih siswa untuk berpikir lebih
aktif dalam pembelajarann
·
mendorong siswa untuk menemukan konsep-konsep baru
·
memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar menggunakan metode ilmiah.
Sedangkan kelemahan pendekatan keterampilan proses, dikemukakan oleh Sagala
(2003:75), sebagai berikut:
1) Memerlukan
banyak waktu sehingga sulit untuk dapat menyesuaikan bahan pengajaran yang
ditetapkan dalam kurikulum, 2) memerlukan fasilitas yang cukup baik dan lengkap
sehingga tidak semua sekolah dapat menyediakannya, 3) merumuskan masalah,
menyusun hipotesis, merancang suatu percobaan untuk memperoleh data yang
relevan adalah pekerjaan yang sulit, tidak setiap siswa mampu melaksanakannya.
2.9. pendekatan Sejarah
Siswa
diajak untuk membaca buku atau mendengarkan informasitemuan-temuan IPA bukan
untuk melakukan suatu kegiatan. Seperti halnyapendekatan faktual dan pendekatan
konseptual, pendekatan ini lebih menekankan penyampaian produk atau hasil IPA,
sedikit menjelaskan proses mendapatkantemuan tsb, namun tidak banyak melibatkan
siswa dengan bagaimana proses konkret yang dilaluinya.
Komentar
Posting Komentar