PENDEKATAN SAINTIFIK KURIKULUM 2013
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Saat ini diberlakukan
pembelajaran Tematik Terpadu bagi
peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud
adalah dengan menggunakan Tema yang akan
menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
dan mencoba, mengasosiasikan dan menalar, dan menyajikan dan mengkomunikasikan
hasil untuk semua mata pelajaran. Untuk
materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi aspek
pokok:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
4. Mengasosiasikan/
mengolah informasi
5.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah tersebut tidak selalu
dilalui secara berurutan, terlebih pada
pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai
pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang
antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran
bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Contoh Penerapan Pendekatan
Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Mengamati
Dalam
proses mengamati, kegiatan belajar: membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat),.
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 4 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak
dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam
jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media
gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut
contoh Tema 6 Indahnya Negeriku pada sub tema 2 Keindahan Alam Negeriku. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak
mengidentifikasi, tentang ciri-keindahan alam. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan
dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut
dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat
dipadukan dengan media yang tersedia.
Contoh objek gambar yang diamati siswa
Pengamatan
gambar dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal dari siswa sehinga proses
pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan membangkitkan rasa antusias siswa karena dapat mengaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata.
Gambar-gambar yang diamati juga harus bervariasi dan dapat membangkitkan
keingintahuan anak sehingga dapat memancing anak untuk bertanya hal hal yang
ingin diketahui dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Menanya
Kegiatan
belajarnya: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
hipotetik).
Peserta
didik yang masih duduk di kelas 4 Sekolah
Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru
yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam
bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal.
Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab sekaligus
membedakan
karakteristik Keindahan alam negeri.
Pada
saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan
mengakomodasi berbagai muatan pelajaran. Dari hasil pengamatan dan menanya diharapkan ada
jawaban yang ilmiah yang memberikan pemahaman
yang baik pada siswa.
OO0OKJ
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
Kegiatan
belajanya: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivitas atau wawancara dengan narasumber.
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan eksperimen, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada tema
6 kelas 4 ini misalnya, peserta didik harus memahami
konsep-konsep materi dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Contoh
penerapan percobaan yang sesuai dengan tema dengan mengaplikasikan bentuk
bidang dalam matematika dan ilmu
pengetahuan alam:
4. Mengasosiasi/
mengolah informasi
Kegiatan
belajarnya: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi; pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating;
bukan merupakan terjemahan dari reasoning,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa
khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi
merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan
dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmahdari sikap dan
pengetahuan yang didapa dari proses belajarnya.
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan kegiatan
seperti berikut :
Peduli
Keindahan Lingkungan
|
Merusak
Keindahan Lingkungan
|
||||
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
Buang sampah
pada tempatnya
|
Hutan
terjaga kebersihannya
|
tidak ada
|
Buang sampah
dihutan atau sungai
|
tidak ada
|
hutan dan
sungan kotor banyak tumpukan sampah
|
|
|
|
Menulis di
batang pohon dan merusak pohon
|
tidak ada
|
batang pohon
rusak dan pohon bisa mati
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan
seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
Dengan tabel di atas siswa tidak hanya mencari jawaban
tapi akan dituntut untuk berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan juga secara tidak langsung belajar
mengontrol diri dengan sikap yang posistif terhadap lingkungan. Bagaimana jika
keadaan tersebut dikaitkan dengan lingkungan sekitar pantai yang sedang mereka
diskusikan?
Proses menalar juga bisa
diasah dengan dorongan guru dalam bertanya jawab dan memancing siswa untuk berpikir komplek misalnya
seperti saat guru dan siswa membahas
masalah kehidupan nelayan, di suatu tempat dimana mereka mengamati daerah
pantai. apa yang bisa dilakukan guru dalam membimbing siswa untuk belajar menalar secara ilmiah
seperti berikut :
Dari gambar di atas dan interaksi antara guru dan
siswa akan menuntut untuk melakukan Higher Order Thinking yang sangat bermanfaat dalam kelanjutan
proses belajarnya. Akan lebih mebrmakna proses pembelajarnnya jika siswa dapat
langsung mencoba melakukan apa yang diamati, sitanyakan dan dinalar secara
ilmiah dalam tindakan nyata.
Pada tahapan mengolah ini juga peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif
kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar,
sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai
satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.
Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu
mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan
belajarnya: menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah, bisa dilakukan
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Saat ini diberlakukan
pembelajaran Tematik Terpadu bagi
peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud
adalah dengan menggunakan Tema yang akan
menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
dan mencoba, mengasosiasikan dan menalar, dan menyajikan dan mengkomunikasikan
hasil untuk semua mata pelajaran. Untuk
materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi aspek
pokok:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
4. Mengasosiasikan/
mengolah informasi
5.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah tersebut tidak selalu
dilalui secara berurutan, terlebih pada
pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai
pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang
antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran
bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Contoh Penerapan Pendekatan
Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Mengamati
Dalam
proses mengamati, kegiatan belajar: membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat),.
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 4 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak
dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam
jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media
gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut
contoh Tema 6 Indahnya Negeriku pada sub tema 2 Keindahan Alam Negeriku. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak
mengidentifikasi, tentang ciri-keindahan alam. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan
dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut
dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat
dipadukan dengan media yang tersedia.
Contoh objek gambar yang diamati siswa
Pengamatan
gambar dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal dari siswa sehinga proses
pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan membangkitkan rasa antusias siswa karena dapat mengaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata.
Gambar-gambar yang diamati juga harus bervariasi dan dapat membangkitkan
keingintahuan anak sehingga dapat memancing anak untuk bertanya hal hal yang
ingin diketahui dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Menanya
Kegiatan
belajarnya: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
hipotetik).
Peserta
didik yang masih duduk di kelas 4 Sekolah
Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru
yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam
bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal.
Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab sekaligus
membedakan
karakteristik Keindahan alam negeri.
Pada
saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan
mengakomodasi berbagai muatan pelajaran. Dari hasil pengamatan dan menanya diharapkan ada
jawaban yang ilmiah yang memberikan pemahaman
yang baik pada siswa.
OO0OKJ
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
Kegiatan
belajanya: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivitas atau wawancara dengan narasumber.
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan eksperimen, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada tema
6 kelas 4 ini misalnya, peserta didik harus memahami
konsep-konsep materi dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Contoh
penerapan percobaan yang sesuai dengan tema dengan mengaplikasikan bentuk
bidang dalam matematika dan ilmu
pengetahuan alam:
4. Mengasosiasi/
mengolah informasi
Kegiatan
belajarnya: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi; pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating;
bukan merupakan terjemahan dari reasoning,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa
khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi
merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan
dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmahdari sikap dan
pengetahuan yang didapa dari proses belajarnya.
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan kegiatan
seperti berikut :
Peduli
Keindahan Lingkungan
|
Merusak
Keindahan Lingkungan
|
||||
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
Buang sampah
pada tempatnya
|
Hutan
terjaga kebersihannya
|
tidak ada
|
Buang sampah
dihutan atau sungai
|
tidak ada
|
hutan dan
sungan kotor banyak tumpukan sampah
|
|
|
|
Menulis di
batang pohon dan merusak pohon
|
tidak ada
|
batang pohon
rusak dan pohon bisa mati
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan
seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
Dengan tabel di atas siswa tidak hanya mencari jawaban
tapi akan dituntut untuk berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan juga secara tidak langsung belajar
mengontrol diri dengan sikap yang posistif terhadap lingkungan. Bagaimana jika
keadaan tersebut dikaitkan dengan lingkungan sekitar pantai yang sedang mereka
diskusikan?
Proses menalar juga bisa
diasah dengan dorongan guru dalam bertanya jawab dan memancing siswa untuk berpikir komplek misalnya
seperti saat guru dan siswa membahas
masalah kehidupan nelayan, di suatu tempat dimana mereka mengamati daerah
pantai. apa yang bisa dilakukan guru dalam membimbing siswa untuk belajar menalar secara ilmiah
seperti berikut :
Dari gambar di atas dan interaksi antara guru dan
siswa akan menuntut untuk melakukan Higher Order Thinking yang sangat bermanfaat dalam kelanjutan
proses belajarnya. Akan lebih mebrmakna proses pembelajarnnya jika siswa dapat
langsung mencoba melakukan apa yang diamati, sitanyakan dan dinalar secara
ilmiah dalam tindakan nyata.
Pada tahapan mengolah ini juga peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif
kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar,
sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai
satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.
Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu
mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan
belajarnya: menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah, bisa dilakukan
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.
PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM
PEMBELAJARAN TEMATIK TERPADU
Saat ini diberlakukan
pembelajaran Tematik Terpadu bagi
peserta didik mulai dari kelas I sampai dengan kelas VI. Pembelajaran dimaksud
adalah dengan menggunakan Tema yang akan
menjadi pemersatu berbagai mata pelajaran.
Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi
dan mencoba, mengasosiasikan dan menalar, dan menyajikan dan mengkomunikasikan
hasil untuk semua mata pelajaran. Untuk
materi, atau situasi tertentu, sangat
mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara
prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
Pendekatan ilmiah pembelajaran antara lain meliputi aspek
pokok:
1. Mengamati
2. Menanya
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
4. Mengasosiasikan/
mengolah informasi
5.
Mengkomunikasikan
Langkah-langkah tersebut tidak selalu
dilalui secara berurutan, terlebih pada
pembelajaran Tematik Terpadu, dimana pembelajarannya menggunakan Tema sebagai
pemersatu. Sementara setiap mata pelajaran memiliki karakteristik keilmuan yang
antara satu dengan lainnya tidak sama. Oleh karena itu agar pembelajaran
bermakna perlu diberikan contoh-contoh agar dapat lebih memperjelas penyajian
pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Contoh Penerapan Pendekatan
Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Terpadu
1. Mengamati
Dalam
proses mengamati, kegiatan belajar: membaca, mendengar, menyimak, melihat
(tanpa atau dengan alat),.
Dalam
penyajian pembelajaran, guru dan peserta didik (Kelas 4 Sekolah Dasar) perlu memahami apa yang hendak
dicatat, melalui kegiatan pengamatan. Mengingat peserta didik masih dalam
jenjang Sekolah Dasar, maka pengamatan akan lebih banyak menggunakan media
gambar, alat peraga yang sedapat mungkin bersifat kontekstual. Berikut
contoh Tema 6 Indahnya Negeriku pada sub tema 2 Keindahan Alam Negeriku. Peserta didik diajak mengamati gambar, kemudian mereka diajak
mengidentifikasi, tentang ciri-keindahan alam. Dengan mengamati gambar, peserta didik akan
dapat secara langsung dapat menceritakan kondisi sebagaimana yang di tuntut
dalam kompetensi dasar dan indikator, dan mata pelajaran apa saja yang dapat
dipadukan dengan media yang tersedia.
Contoh objek gambar yang diamati siswa
Pengamatan
gambar dapat dikembangkan dan dikaitkan dengan pengetahuan awal dari siswa sehinga proses
pembelajaran dapat lebih menyenangkan dan membangkitkan rasa antusias siswa karena dapat mengaitkan pengalaman belajarnya dengan kehidupan nyata.
Gambar-gambar yang diamati juga harus bervariasi dan dapat membangkitkan
keingintahuan anak sehingga dapat memancing anak untuk bertanya hal hal yang
ingin diketahui dengan rasa ingin tahu yang tinggi.
2. Menanya
Kegiatan
belajarnya: mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari
apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan
hipotetik).
Peserta
didik yang masih duduk di kelas 4 Sekolah
Dasar tidak mudah diajak bertanya jawab apabila tidak dihadapkan dengan media yang menarik. Guru
yang efektif seyogyanya mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan
dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru
bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya
belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika
itu pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang
baik. Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam
bentuk “kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan
keduanya menginginkan tanggapan verbal.
Dengan media gambar peserta didik diajak bertanya jawab sekaligus
membedakan
karakteristik Keindahan alam negeri.
Pada
saat siswa mengamati dan menjawab pertanyaan guru, maka sudah memadukan dan
mengakomodasi berbagai muatan pelajaran. Dari hasil pengamatan dan menanya diharapkan ada
jawaban yang ilmiah yang memberikan pemahaman
yang baik pada siswa.
OO0OKJ
3. Mengumpulkan
informasi/ eksperimen
Kegiatan
belajanya: melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks,
mengamati objek/kejadian/aktivitas atau wawancara dengan narasumber.
Untuk
memperoleh hasil belajar yang nyata atau autentik, peserta didik harus mencoba
atau melakukan eksperimen, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai.
Pada tema
6 kelas 4 ini misalnya, peserta didik harus memahami
konsep-konsep materi dan
kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus memiliki keterampilan
proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah
yang dihadapinya sehari-hari.
Aplikasi
metode eksperimen atau mencoba dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah
tujuan belajar, yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas
pembelajaran yang nyata untuk ini adalah: (1) menentukan tema atau topik sesuai
dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (2) mempelajari cara-cara
penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (3) mempelajari
dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (4)
melakukan dan mengamati percobaan; (5) mencatat fenomena yang terjadi,
menganalisis, dan menyajikan data; (6) menarik simpulan atas hasil percobaan;
dan (7) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
Contoh
penerapan percobaan yang sesuai dengan tema dengan mengaplikasikan bentuk
bidang dalam matematika dan ilmu
pengetahuan alam:
4. Mengasosiasi/
mengolah informasi
Kegiatan
belajarnya: mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil
kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan
kegiatan mengumpulkan informasi; pengolahan informasi yang dikumpulkan dari
yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki
pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Apabila
dikaitkan dengan contoh yang disajikan diatas, maka Istilah “menalar” dalam
kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 adalah untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi
peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berpikir
yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran
ilmiah, meski penalaran nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah
menalar di sini merupakan padanan dari associating;
bukan merupakan terjemahan dari reasoning,
meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan
pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran
asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan
mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian
memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa
khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain.
Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan
berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia. Proses itu
dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari perspektif psikologi, asosiasi
merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan antara pikiran atau kedekatan
dalam ruang dan waktu. Dalam menalar siswa dapat mengambil hikmahdari sikap dan
pengetahuan yang didapa dari proses belajarnya.
Contoh
untuk kegiatan menalar ini bisa dengan kegiatan
seperti berikut :
Peduli
Keindahan Lingkungan
|
Merusak
Keindahan Lingkungan
|
||||
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
SIKAP
|
KEUNTUNGAN
|
KERUGIAN
|
Buang sampah
pada tempatnya
|
Hutan
terjaga kebersihannya
|
tidak ada
|
Buang sampah
dihutan atau sungai
|
tidak ada
|
hutan dan
sungan kotor banyak tumpukan sampah
|
|
|
|
Menulis di
batang pohon dan merusak pohon
|
tidak ada
|
batang pohon
rusak dan pohon bisa mati
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan
seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
dan seterusnya…
|
Dengan tabel di atas siswa tidak hanya mencari jawaban
tapi akan dituntut untuk berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking) dan juga secara tidak langsung belajar
mengontrol diri dengan sikap yang posistif terhadap lingkungan. Bagaimana jika
keadaan tersebut dikaitkan dengan lingkungan sekitar pantai yang sedang mereka
diskusikan?
Proses menalar juga bisa
diasah dengan dorongan guru dalam bertanya jawab dan memancing siswa untuk berpikir komplek misalnya
seperti saat guru dan siswa membahas
masalah kehidupan nelayan, di suatu tempat dimana mereka mengamati daerah
pantai. apa yang bisa dilakukan guru dalam membimbing siswa untuk belajar menalar secara ilmiah
seperti berikut :
Dari gambar di atas dan interaksi antara guru dan
siswa akan menuntut untuk melakukan Higher Order Thinking yang sangat bermanfaat dalam kelanjutan
proses belajarnya. Akan lebih mebrmakna proses pembelajarnnya jika siswa dapat
langsung mencoba melakukan apa yang diamati, sitanyakan dan dinalar secara
ilmiah dalam tindakan nyata.
Pada tahapan mengolah ini juga peserta didik
sedapat mungkin dikondisikan belajar secara kolaboratif. Pada pembelajaran kolaboratif
kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat direktif atau manajer belajar,
sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran kolaboratif diposisikan sebagai
satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru.
Dalam situasi kolaboratif itu, peserta didik berinteraksi dengan empati, saling
menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan masing-masing. Dengan cara
semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkinkan peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tuntutan belajar secara bersama-sama.
Peserta didik secara bersama-sama, saling bekerjasama, saling membantu
mengerjakan hasil tugas terkait dengan materi yang sedang dipelajari.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan
belajarnya: menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil
analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Hasil
tugas dikerjakan bersama dalam satu
kelompok untuk kemudian dipresentasikan atau dilaporkan kepada guru. Kegiatan menyimpulkan merupakan kelanjutan dari
kegiatan mengolah, bisa dilakukan
bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau bisa juga dengan dikerjakan
sendiri setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Hasil tugas
yang telah dikerjakan bersama-sama secara kolaboratif dapat disajikan dalam
bentuk laporan tertulis dan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk
portofolio kelompok dan atau individu. Yang sebelumnya di konsultasikan
terlebih dulu kepada guru. Pada tahapan ini kendatipun tugas dikerjakan secara
berkelompok, tetapi sebaiknya hasil pencatatan dilakukan oleh masing-masing
individu. Sehingga portofolio yang di basukkan ke dalam file atau Map peserta
didik terisi dari hasil pekerjaannya sendiri secara individu.
Pada
kegiatan akhir diharapkan peserta didik dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan
yang telah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok dan atau secara
individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat bersama. Kegiatan
mengkomunikasikan ini dapat diberikan klarifikasi oleh guru agar supaya peserta
didik akan mengetahui secara benar apakah jawaban yang telah dikerjakan sudah
benar atau ada yang harus diperbaiki.
Hal ini dapat diarahkan pada kegiatan konfirmasi sebagaimana pada
Standar Proses.
Komentar
Posting Komentar